Budaya Sedekah Bumi (Tegal Deso dan Selametan Keleman)
Dari
segi budaya, Desa Beton tidak lepas dari sejarah masa lalu desa, baik itu
berkaitan dengan asal-usul luasan desa, nama desa, hingga tokoh-tokoh yang
berperan dan dianggap keramat oleh warga desa hingga kini. Di antara para tokoh
tersebut adalah Mbah Dongkol, Munung, Yai Boto Putih (Ki
Sabuk Giwang), dan Buyut Biden.
Desa Beton untuk pertama kali dipimpin seorang Lurah yang disebut Mbah Dongkol yang letak pemukimannya dusun itu awalnya di daerah aliran
sungai (Das) Kali Lamong, kini disebut Monong karena beberapa kali di landa banjir. Beton menurut cerita mengalami
beberapa kali perpindahan pemukiman, sehingga pemukiman lama menjadi
lahan sawah yang dikenal dengan nama sawah Pomahan oleh
karena pimpinan yang pertama kali dari Beton, untuk Beton dijadikan kerajan dan
Bibis dan Biyodo dijadikan Dukuhan.
Adapun
beberapa upacara adat masih lestari, diantaranya adalah :
1. Sedeka Bumi/Tegal Deso
Sedekah
Bumi /Tegal Deso ini diselenggarakan untuk mendoakan para
sesepuh desa yang telah wafat, dan mensyukuri hasil Bumi yang
diberikan Tuhan kepada warga Desa Beton.
Kegiatan ini diadakan setahun sekali di balai
desa. Waktu pelaksanaannya dibersamakan dengan peringatan HUT KEMERDEKAAN
RI pada bulan Agustus.
2. Selamatan Keleman
Selamatan Keleman ini di
laksakan untuk mendoakan agar tidak ada musibah banjir. Kegitan ini diadakan di
masing-masing dusun setahun sekali, waktu pelaksanaanya pada saat padi berbunga
petani berharap panenya tidak puso terkena bencana Banjir.
(Sumber: PJM Pronangkis ; Bab II : Hal 17)